Tren arsitektur hijau juga lebih memperhatikan dampak negatif dan menciptakan dampak positif terhadap iklim dan lingkungan alam sepanjang siklus hidupnya.
“Kita melihat ada tren ke depannya itu bahwa arsitektur itu sebagai daya tarik pariwisata. Bahkan kalau kita lihat tren ke depan terkait green architecture, nah ini juga bisa menjadi story telling yang kuat. Apakah itu dari esensi budayanya yang ditonjolkan, keunikannya,“ katanya.
Dia optimistis industri arsitektur di Tanah Air berkembang pesat diiringi meningkatnya investasi pariwisata di Indonesia dari tahun ke tahun. Sebab pada 2023 saja Indonesia mendapatkan investasi Rp45 triliun untuk pengembangan pariwisata.
Sebagai informasi, ARCH:ID 2024 adalah pameran arsitektur terbesar di Indonesia yang merupakan edisi keempat dari ARCH:ID dengan mengusung tema ‘Placemaking: Tolerance’.
Acara yang digagas Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) berkolaborasi dengan PT CIS Exhibition ini fokus pada peran arsitektur dalam mendukung keharmonisan hubungan antarmanusia, pengembangan kota, pelestarian alam, serta integrasi teknologi, dengan mengangkat pentingnya arsitektur dan desain dalam menciptakan ruang yang inklusif dan bertoleransi.