“Contoh saya ada kedekatan khusus dengan Nurul Jadid (NJ), tapi partai saya ke Bambang dan Ra Baqir. Yang seperti saya ini jumlahnya banyak di partai PPP, oleh karenanya memang saya agak sedikit terkejut ketika pilihan PPP itu merekomendasi Bambang, karena ini sama sekali diluar dugaan saya. Karena itu melawan apa yang saya yakini dari dulu bahwa pemegang saham politik terbesar partai PPP itu adalah Ponpes Sukorejo,” ujarnya.
Meskipun rekom tersebut dianggap bertabrakan dengan pemegang saham terbesar terhadap eksistensi keberadaan PPP Bondowoso, Sinol yakin DPP tidak serta merta langsung memutuskan begitu. Dia yakin pasti ada sesuatu dari bawah, seperti usulan dan semacamnya.
“Oleh karena itu, saya kok meyakini bahwa kedepan loyalitas ke partai itu akan terpecah di internal untuk sama-sama bergerak memenangkan siapa yang di rekom partai,” tukasnya.
Disinggung terkait konsekuensi sanksi pengurus yang berpotensi bergerak sendiri mendukung Paslon diluar rekomendasi DPP, Sinol menjawab masih memungkinkan adanya sanksi.
“Memang itu bisa jadi diambil oleh organisasi karena itu mungkin melanggar AD/ART karena tidak tunduk pada keputusan partai. Tapi ketika kita sudah melihat bahwa klausul tidak ada di rekomendasi itu bukan kewajiban bagi struktur partai,” pungkasnya.